Jumat, 24 Juni 2016

Surat(teramat) Cinta

Kepadamu,
Salah satu hariku di masa lalu




Terima kasih.


Sudah menemaniku sejauh ini; dengan ingatan. Mengajarkan bagaimana cara yang baik dan benar untuk bersujud kepada Tuhan. Semuanya sangat indah, sangat mengesankan.
Terima kasih juga untuk kamu.


Sudah mau berbagi waktu denganku, menghabiskan detik yang sama bersama-sama. Aku suka. Ah, rasanya ingin kupeluk lagi semua. Aku sungguh terbuai rindu pagi sendu.
Semoga aku dan kamu selalu menemukan kenangan baik tentang kita. Ayo tetap bahagia!

Salam sangat rindu 💋

sepuluh

Sepahit apapun rasa, sesakit apapun cinta, sepatah apapun asa, kisah asmara hanyalah urusan dua hati manusia; tidak lebih. Walaupun cintamu diam-diam harus menangis tertahan, tak tercurahkan. Meskipun cintamu menutupi luasnya permukaan samudra dan tak mampu kau lampiaskan. Walaupun cintamu harus dipaksa kembali oleh sang tuan. Dan meskipun cintamu tampak sangat disiakan. Kesemuanya hanyalah otak-atik rasa yang kau ciptakan.
Sayangmu terkadang sangat gampangan. Rindumu sering kali berbuah kebodohan. Cintamu tak terhitung seperti diabaikan. Dan rasamu yang bertahan berakhir menjadi kesalahan. Jikalau itu kenyataan, lakukanlah dengan benar. Jika sayangmu sangat gampangan, pancarkanlah dengan semua tenaga dari segala celah. Jika rindumu selalu saja bertindak bodoh, curahkanlah sampai tak bersisa. Jika cintamu tampak diabaikan, kejarlah sampai dunia tak sanggup menolak menyapa. Dan jika rasamu yang memaksa bertahan itu harus jadi kesalahan, buatlah tak terlupakan.
Aku dan kamu kerap kali lupa berapa kali hati sudah patah dan pecah, dan berapa kali pula hati kembali utuh tak bercelah. Sesungguhnya, hati sudah hafal bagaimana cara bertahan. Cara menghadapi belati-belati tajam yang tampak kejam. Hanya saja, logika terkadang ikut bicara. Menafsirkan rasa sering kali dengan kata. Dan akan membuat hasil akhir yang berbeda.
Jika kisah cintamu tak menghasilkan madu, itu bukan sebesar-besarnya masalah. Karena selalu ada celah untuk mengambil hikmah.



Inspired by Taliw, Tenten, King, P'Dan

Untuk Jiwa yang Memaksa Bertahan Sendirian

Ini bukan untuk seseorang yg bertahan dengan cinta bertepuk sebelah tangan. Ini ditujukan untuk kamu yang akhirnya mengerti bagaimana cara bertahan sendirian.
Pasang surutnya hatimu sudah jangan kau permasalahkan. Itu hanya sebuah lalu yang tak perlu kau bawa maju. Tapi bukan berarti harus kau sapu bersih dari benakmu. Jadikan lalu-mu sebagai senjata ampuh jiwamu.
Aku mulai menyukaimu. Dengan penemuan mutakhir atas kegelisahan tindakan dan usahamu. Yang sampai terlihat tak pantas dipandang usia. Tapi aku tahu, setiap detik pikirmu selalu saja berseteru dengan situasi waktu itu. Kau melakukannya dengan menimbang kebimbangan, lalu muncul alasan kerumitan. Jikalau kau berjalan dengan sederhana, muncullah alasan ketidakdewasaan.
Mungkin semuanya benar harus terjadi, supaya kau bisa menemukan titik ini. Tempat dimana kamu memaksakan diri untuk bertahan sendiri. Menikmatinya sendirian. Dan poin bagusnya, kamu menyetujui ini dengan lapang dada dan mulai bahagia. Jadilah pribadi yang baik akal, budi, dan hati. Karena diam-diam, aku mulai menyukaimu (lagi).
Selamat malam, Ayu Rozzaqia Prilia.

Waktu yang Kedua

Tuhan selalu punya cara untuk menambah rasa. Siapa sangka kita akan bersua setelah sekian lama ternyata kita saling berprasangka. Hanya beberapa menit adegannya, tapi benar seperti yang terduga. Senyum kita terlalu bermakna.
Benar sekali jika waktu cukup punya kuasa; tentu melalui tuannya. Waktu membuat kita bertemu, saling memadu, diam-diam menanam rindu, menjadi candu, lalu cemburu, lalu beradu, lantas bisu dan memilih berlalu. Selama jauh berlalu, ternyata kita banyak menyimpan tanya juga dusta. Haha, ini menjadi menyenangkan sekarang. Karena aku bisa mengadu untuk kenang yang usang, untuk rasa yang hanya aku punya. Mengadu kepada salah satu tuannya masa laluku.
Satu hal tak terbantah, setiap manusia punya posisi dan porsi sendiri di hati. Aku padamu, begitu pula kamu padaku. Untukku, sudah kupahami dan akui bahwa posisimu takkan bisa diganti oleh pemilik hatiku; nanti. Ini bukan tindakan selingkuh, aku pastikan. Karena setiap insan punya cara berbeda dalam proses pendewasaan. Dan kamu salah satu caraku untuk tumbuh.
Terima kasih sudah menjaga kenangan tumbuh kembang kita. Jagalah rasa yang tersisa sampai perlahan dipahat usia. Tenang saja, aku akan selalu berusaha bahagia. Sekali lagi terima kasih sudah selalu setia untuk ada, walau rahasia.

Inilah Caraku Menolongmu atau Menolongku?

Banyak sekali alasan seseorang beredar di media sosial. Selain untuk melihat hal-hal yang terbersit sekilas, kegiatan itu adalah salah satu cara terjauh memberi tahumu bahwa aku ada; terkadang juga baik-baik saja, selain doa. Jauh setidaktahumu, aku masih saja ingin kau rengkuh; bahkan saat dipelukmu. Karna memang ada hal-hal yang tak bisa dikata. Sebab itulah aku menyiratkannya di media.
Tapi sekarang untuk apa aku beredar di media sosial jika aku bukan lagi tujuanmu mencari perhatian? Yang biasanya aku pura-pura sangat marah biar kau tanya, sudah tak lagi ada. Yang biasanya aku bingung memilih senyum termanisku supaya kau rayu, juga sudah tak ada. Di situ aku tersadar bahwa kau tak lagi terbuai olehku.
Diam-diam, kamu pelan-pelan sudah mengurangi rasa untukku. Bukan karena pesonaku yang memudar; aku tahu. Tapi karena aku yang tak sadar telah mendorongmu menjauh. Dan aku dikaruniai rasa berdosa akan hal itu.
Jadi, seperti inilah caraku menolongmu. Membantumu untuk tetap hidup, supaya lebih cepat tak terpuruk. Jika kamu dulu bersusah payah untuk tidak melihatku, sekarang bebaskanlah pandanganmu. Aku sudah tak lagi ada di linimasa-mu. Cepatlah kembali utuh untuk meraih mimpi-mimpimu. Karena aku akan bertahan tak rapuh dengan sisa-sisa rindumu.

sembilan

Setiap orang akan selalu beradu pendapat dengan dirinya sendiri. Baik melalu isi kepala atau isi hati. Untukku, itu salah satu cara diri untuk tidak mati. Selesai atau tidak selesai pergulatan setiap sesi.
Seperti perkara harus bertahan atau meninggalkan. Yang masing-masing sudah dibela paksa oleh kubu berbeda. Isi kepala yang tak pernah lelah untuk meninggalkan. Dan isi di dada yang selalu terbawa perasaan.
Untung saja, tubuhku tak pernah kehilangan kesadaran untuk selalu menyaksikan perdebatan. Walaupun akhirnya, ia tak tahu harus bagaimana bertahan. Ketika logika dengan segala hipotesa bekerja, rasa yang membibit buta perlahan harus dipaksa sirna. Begitu pula perasaan. Ketika ia tiba-tiba hidup dengan segala warna, seolah-olah kepala sudah tak mampu lagi berkata.
Ahh, sudahlah... jangan kau permasalahkan urusan duniawi. Sampai hari nanti, aku yakin akan tetap seperti ini. Hanya saja, kau harus lebih bijaksana. Untuk selalu menjaga amarah semua logika dan berbagai prasangka rasa. Lalu, jangan lupa, berbahagia!

Selasa, 02 Februari 2016

delapan

"Memberi karena cinta sama dengan menanti untuk menerimanya karena cinta"

Baby,
me and you both ran away from the feelings of worthlessness that we build. The difference is...
"Kamu berlari untuk membuatku menerima dan aku berlari untuk membuatmu memberiku"
If this is the story of one of me or you, will be heard 'I like this because I'm'?

Maybe...
me and you already hate ourselves
but I also have some for you, my love.

If I ran again, later
- not away -
calm down dear
I will certainly stop ... because
"Kamu berlari untuk membuatku menerima dan aku berlari untuk membuatmu memberi" :')